Masa muda (6) Komputer DKI paling hebat se Asia Tenggara, ditahun 70-an.

Ali Sadikin gembira karena Desember 1973, dua aplikasi DKI, yaitu Billing untuk Air Minum dan Ipeda, telah sukses dirubah dari sistim manual ke sistim computer.

Sukses ini berdampak sangat positip. Pada apel 17-san, pak Ali Sadikin berpidato bahwa DKI sudah menuju ke Administrasi Pemerintahan yang modern. Bahwa DKI lah pelopor IT di Asia Tenggara. Bahwa DKI lah yang berani merubah sistim manual ke sistim computer. Sesudah apel, pak Ali Sadikin mengadakan press coference dengan wartawan.

Keesokan harinya muncul di head line di Kompas, Suara Karya, Sinar Harapan (sore) bahwa DKI sangat agresive di bidang IT, dan bermaksud untuk menjadi pelopor pemakaian komputer untuk mengelola Pemerintah Daerah di Asia secara modern. DKI menjadi nomer 1 dan terdepan dibidang computer.

Jabat tangan dengan Ali Sadikin, gubernur DKI

Momentum ini saya manfaatkan dengan sebaik-baiknya dengan mengusulkan aplikasi2 DKI lainnya, yaitu Pajak Kendaraan Bermotor, aplikasi penduduk dan aplikasi pertanahan. Gayung bersambut, pak Ali Sadikin setuju dan meminta agar segera dilaksanakan ditahun 1974.

Sebagai Ketua Tim IT DKI, saya gembira dan senang sekali, sekaligus stress karena berarti harus kerja keras ditahun 1974, memimpin tim IT untuk melaksanakan impian pak Ali Sadikin. Amanah yang tinggi dan terhormat untuk kontribusi ke tanah air, sesuai dengan keahlian IT yang saya miliki.

 Setelah pak Ali Sadikin menyatakan bahwa ketiga aplikasi harus dikomputerkan segera, maka saya mulai menghitung kapasitas hardware yang mampu menampung semua data DKI. Hasilnya mengejutkan, yaitu butuh IBM System 370 model 145 duplex. Yang total pointnya 105.000 point.

Marketing Manager saya mendorong agar saya fokus kepada proyek sebesar itu, karena angka 105.000 point adalah angka quota country IBM Indonesia tahun 1974.

Saya berkomunikasi dengan grup teknis dan expert di IBM World Trade. Saya dibackup penuh oleh William Deranggo, dengan mendatangkan expertise2 dari Amerika dan Inggris untuk membantu menyelesaikan proposal IT yang dahsyat, yang besar dan yang belum pernah dikerjakan di Asia Tenggara.

Proyek ini disebut : Total Business System Planning untuk DKI.

Inti dari proyek adalah Transformasi Business dan Transformasi Budaya Kerja.

Misinya budaya kerja dan budaya bisnis DKI yang lama akan dirombak dan dibongkar. Akan diganti dengan sistim IT yang super modern.

Sebagai Ketua Tim Proyek IT, kunci sukses ada dipundak saya. Kreatifitas saya timbul. ( berkat dilatih di Pati, dengan pelatih ayah pak Giek (alm) dan ibunda bu Giek, Semoga pahala terus mengalir kepada almarhum pak Giek dan ibunda tercinta.)

Bahwa proyek IT ini tidak didanai oleh Pemerintah DKI. Semua biaya akan dibayar oleh para pembayar pajak.

Sistim manual pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) yang lama memerlukan waktu 7 sampai 10 hari. Sistim IT yang baru, pembayaran PKB butuh 2 jam sampai 6 jam sudah selesai. Biaya administrasi IT Rp 1.500 ditambahkan dan harus dibayar pemilik kendaraan.

Proyek tidak mengganggu APBD. Proyek tidak mengganggu APBN. Proyek tidak memerlukan persetujuan dari DPRD. Inilah justifikasi yang dahsyat, yang sangat masuk akal dan langsung disetujui pak Ali Sadikin.

SDitahun 1974 saya dikirim ke La Hulpe di Belgia untuk internship dan ke IBM HQ di New York untuk menerima motivasi dari pimpinan IBM WTC America Far East.

Di New York tinggal selama 4 hari. Lalu ke Florida melihat pabrik computer (2 hari), lalu ke Houston melihat kantor IBM (2 hari), lalu ke Los Angeles melihat kantor IBM (2 hari).

Awal 1973, saya membuat proposal IBM ke DKI dan mengusulkan DKI untuk membuat Data Base dan Data Communications yang dilaksanakan bersamaan dan sekaligus.

Begitu kompleksnya sampai-sampai System Engineer dari Amerika, ragu2 apakah staf DKI dan staf IBM Indonesia mampu menjalankan dan mengoperasikan S/370 model 145 duplex (kembar). Di tahun 1973 di Asia Tenggara belum ada tandingannya, apalagi di Indonesia.

SE di IBM HQ mengatakan bahwa SDM di DKI belum siap, dan akan menjadi potential problem karena sangat rumit.

Saya tidak gubris, saya jalan terus menyelesaikan proposal.

Dengan ilmu IT saya akan berjuang untuk memajukan DKI. Sebagai orang Islam, saya yakin bahwa kerja adalah ibadah.

Masalah teknis bukan tanggung jawab saya sebagi Ketua Tim IT. Itu tanggung jawab IBM World Trade. Dan pasti akan berdampak kepada kawan2 saya, pasti staf dari Indonesia akan dikirim belajar ke LN, mempeljari baik hardwarenya maupun software.

Pada waktu review, kira2 awal Maret 1974, saya dibujuk untuk membagi proyek ini menjadi dua tahun. Saya menolak. Saya yakin bahwa SDM DKI dan SDM IBM Indonesia mampu untuk mejalankan dan mengoperasikan S/370 model 145 duplex.

Bayangkan bahwa untuk maintenance hardware dan maintenance software DB dan DC ini perlu pendidikan di IBM World Trade, baik staf DKI dan staf IBM Indonesia.

SDM dari DKI dan IBM Indonesia harus dididik agar bisa menjalankan DB/DC itu.

Bulan Mei 1974 proposal IBM S/370 model 145 duplex untuk DKI sudah selesai dan diserahkan ke pak Ali Sadikin. Bulan Juni kami diminta untuk menjelaskan ke staf DKI terutama ke Kepala Biro 2 DKI yaitu pak ir Wardiman. Bulan Juli kami diminta presentasi ke pak Ali Sadikin, dan dilengkapi dengan demontrasi Data Base dan Data Communications didepan beliau di kantor Balaikota DKI, dengan memakai terminal yang disambungkan ke computer IBM di Gedung BDN lewat kabel telpun.

Wah persiapan demo itu repotnya bukan main, belum ada seorangpun yang berpengalaman meng-instal hardware dan software seperti itu.

Disini saya ngotot harus disupport oleh IBM HQ. Maka dalam waktu singkat berdatanganlah tenaga teknis ahli SE dari Amerika dan Jepang serta CE-CE dari Jepang untuk menyiapkan demonstrasi DB/DC ke Gubernur DKI.

Pada hari-H nya saya benar2 stress. Bukan hanya saya, tetapi semua jajaran executive di IBM Indonesia stress semua. Singkat kata, presentasi dan demo berjalan mulus selama satu jam. Pak Ali Sadikin luar biasa gembiranya, seperti mendapat mainan yang baru, yang modern dan yang tidak ada duanya di Indonesia dan Asia. Berkali-kali bahu saya ditepuk-tepuk beliau.

Dua minggu setelah demo itu, Sales Contract IBM S/370 model 145 duplex ditandatangani pak Ali Sadikin.
Jantung saya berdenyut keras sekali, dag..dug..dag..dug.. Ya Allah Alhamdullilah. Berarti performance sales saya tahun 1974 dahsyat sekali, yaitu mencapai 350%. sejak saat itu saya mendapat julukan ‘Super Salesman’ dari Indonesia. Pencapaian 350% adalah yang pertama kali di Indonesia dan di Asia Tenggara (SEAR Region).

Alhamdullilah.

Berita ini menyebar keseluruh kantor IBM di Negara Asia Tenggara dan Asia Pacific. Saya dipanggil ke IBM SEAR HQ di Hongkong untuk menemui Director of Marketing of IBM HQ.

Lalu saya diminta road show untuk sharing ke IBM di Bangkok dan KL membuat presentasi ke para Sales dan SE dikota tersebut. Pemerintah Kota Bangkok dan KL meng copi aplikasi di DKI, Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Tanah, Registrasi Kependudukan dan Registrasi Tanah.

Tim komputerisasi DKI sangat bangga dapat mengangkat nama bangsa. Pak Ali Sadikin sangat bangga menjadi pelopor dibidang IT untuk Pemerintahan Kota dan Daerah.

Setahun sesudah kontrak ditandatangani, di akhir 1975, mesin2 komputer datang dari pabrik komputer dari Jepang, dari Jerman dan dari USA. Yang mengasembling hardware adalah teknisi CE asli orang Indonesia yang sudah dididik setahun oleh IBM di LN.

Dan yang meng-install software juga SE asli orang Indonesia yang telah setahun dididik oleh IBM di LN.

Pemasangan S/370 model 145 untuk sementara menempati gedung Planetarium di Cikini, karena Gedung DKI, tinggi 20 lantai, di Balaikota Merdeka Selatan belum jadi. Waktu mesin S/370 model 145 dan DASD yang dibawa pesawat cargo dari Jerman mendarat di Halim, saya sendiri yang menyaksikannya. Box2 kayu berisi CPU, DASD, Tape Unit diturunuk kan dari pesawat cargo langsung ke truk2 DKI yang sudah disiapkan, langsung diantar ke planetarium DKI di Cikini. Tanpa melewati gudang. Tanpa prosedur yang berbelit-belit. Cukup di saksikan petugas bea cukai, dia tanda tangan dan truk cabut. Sangat singkat, sangat lancar dan sangat mulus. Mengapa? Karena dua minggu sebelumnya saya bersama pak Wardiman, Kepala Biro II DKI sudah mengurus surat2 dan dokumen2 yang diperlukan. Dengan referensi surat sakti dari pak Ali Sadikin, maka kami berhasil membereskan dokumen2 yang diperlukan. Itulah kunci mengapa mesin S/370 model 145 bisa langsung diangkut keluar.

IBM System/370 model 145

CPU S/370 model 145 ini mempunyai memori 512K. Inilah Main Frame ditahun 1970-an. Waktu itu (1975) mesin computer masih ukuran besar sekali. Beratnya hampir 1 ton. DASD dan Tape Unit besar2 beratnya ratusan kilogram. Itulah ukuran mainframe, DASD, Tape Unit di era 1974. Membutuhkan ruangan sebesar aula, perlu listrik ribuan KVA, perlu pendingin AC ratusan PK. Perlu raised floor dan dibawah raised floor ada kabel2 sebesar lengan bayi yang bersliweran. Mirip ular berwarna abu-abu bersliweran. Main Frame ini adalah kebanggaan IBM, tetapi sekaligus menjadi biang keladi kejatuhan IBM. IBM hampir bangkrut di akhir tahun 1990-an. Sukses dimasa lalu bukan jaminan sukses dimasa mendatang. IBM terlalu percaya ke Zona Nyamannya yoitu Main Frame.

Kini tahun 2008 , 33 tahun kemudian, teknologi IT/mainframe yang dulunya ukurannya raksasa itu telah mengalami revolusi.Bahwa laptop dan PC pribadi sekarang ini sudah bisa memiliki memory 1 GB atau lebih, dibanding dulu memori mainframe 512 MB beratnya 1 ton.Sekarang sebuah flash disk mini kapasitas 4 dan 8 GB ukuran kecil bisa masuk kantong, dibanding dulu auxiliary storage yang popular disebut DASD beratnya ratusan kilogram dan kapasitasnya ratusan KB saja. Revolusi teknologi IT benar2 berjalan dengan dahsyat dalam 3 dasawarsa. Luar biasa. Jangankan Thomas Watson penemu computer di era 1940, bahkan Bill Gates pun tidak bermimpi teknologi IT berkembang secepat itu.

Tahun 1974-1976 IBM Indonesia menerima banyak tamu Executive dari Pemerintahan Kota dari negara tetangga, yang datang ke Jakarta diantar oleh IBMers setempat. Seperti Singapore, KL, Bangkok, Taipei, Seoul, Manila. Mereka kagum, bahwa Pemerintah kota DKI telah mampu mengkomputerisasikan aplikasinya, terutama Pajak-pajak, penduduk dan pertanahan. Mereka belajar dari Indonesia. Semua tamu bertemu dengan pak Ali Sadikin atau Wakil Gubernur DKI yaitu pak Sapi’ie.

Komputer DKI ditahun 1973 – 1977 paling maju, paling hebat, paling modern di Asia Tenggara bahkan lebih modern dibanding di Malaysia, di Thailand, di Singapore, Korea Selatan dan Taiwan. Kawan2ku dari Singapore, dari Bangkok, dari Kualalumpur, dan dari Taipei, mereka mengirim orang2nya untuk belajar dari Jakarta. Dukungan IBM World Trade luar biasa. Ali Sadikin itu luar biasa karakternya. Beliau mau dan sangat ingin agar DKI Jakarta paling maju, menjadi pionir di IT untuk Government. Banyak staf DKI yang belajar komputer di Jakarta dan di USA.

(bersambung)

About Gufron Sumariyono

Lahir di Pati Jateng, on Nov 5, 1945. Proyek IT di Candi Borobudur 71-77. Proyek IT di Pemda DKI 72-77. IBM Instructor di IBM Educ Center 77-80. CEO PT Humpuss Trading 92-97. CEO PT Rante Mario 97-04. CEO PT Grha 165 2012-2017. Ketum Yysn Wakaf ESQ 2004-2018. Founder dan Pembina Yysn Wakaf Produktif Gufron Sumariyono 2018-sekarang.
This entry was posted in memoir and tagged , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment